Menulis Sehat Part 2: Nourishing the Hardware

Kita tahu ada berbagai jenis profesi yang tuntutan alamiahnya lebih mementingkan isi kepala ketimbang stamina atau tampilan fisik, salah satunya profesi penulis. Berhubung tantangan jasmaniah tidak dirasakan kuat dan langsung, tak heran jika para pelaku profesi di kategori ini sering luput memerhatikan tubuh mereka.

 

Perawatan tubuh yang saya maksud bukan soal bentuk ideal atau kesempurnaan kulit, melainkan hal-hal mendasar yang bermanfaat untuk jangka panjang. Perkara umur memang tidak ada yang tahu, tapi dengan merawat jasmani niscaya kita bisa lebih nyaman menjalani profesi apa pun.

Sedahsyat-dahsyatnya ide di kepala, apa enaknya kalau terus-terusan dirongrong migraine dan sakit pinggang?

 

“Memelihara raga adalah salah satu bentuk apresiasi terbesar kita kepada kehidupan.”

 

 

  1. Penangkal duduk diam

Jangan remehkan efek buruk terlalu lama duduk diam di depan komputer. Untuk menangkalnya, miliki aktivitas fisik favorit. Boleh jadi Anda memilih olahraga lari seperti Haruki Murakami, olahraga memanjat seperti Ayu Utami, atau sekadar jalan kaki. Untuk meminimkan risiko batal karena malas atau karena butuh upaya dan waktu yang terlalu banyak, pilih olahraga yang mudah ditempuh dan sesuai dengan kapasitas tubuh. Keep it simple and accessible.

 

“Temukan preferensi aktivitas fisik Anda dan rajut itu bersama kegiatan menulis.”

 

 

  1. Asupan berkualitas

Makanan berkualitas tidak harus yang berjudul “Organic Turmeric Rice with Gluten-free Tempeh Crackers and Homegrown Salad.” Namaste to that. Yang saya maksud adalah, pilihlah makanan dan minuman yang layak serta rasional. Ketimbang maraton makan mi instan, misalnya, lebih baik pilih sepiring nasi rames dengan lauk-pauk lengkap dari sebuah warteg.

Anda mungkin membayangkan bercangkir-cangkir kopi mengelilingi saya saat menulis. But, you’ll actually see a big jug of water instead. Saya hanya minum secangkir kopi sehari, maksimum dua. Saya meminumnya pada pagi hari, atau paling telat pukul dua siang. Sisanya saya minum air putih. Minuman yang lazim jadi dayang-dayang penulis, kopi atau teh, tergolong minuman diuretik yang mempercepat dehidrasi. Nothing will hurt your kidney and your back quicker than sitting for hours while not drinking enough water.

Secinta-cintanya Anda pada kopi atau teh, tidak berarti harus meminumnya terus-terusan sepanjang hari. Easy on the juice and smoothie, too. Have your kick-off drinks on the most strategic point of the day.

 

“Sebagaimana pun menghanyutkan proses kreatif yang terjadi, tetap beri perhatian kepada apa yang tubuh Anda konsumsi.”

 

 

  1. Penangkal Stagnasi

Air masih punya peran lain yang tidak kalah penting. Ketika saya mengalami stagnasi ide, seringkali ide segar muncul ketika saya mandi. Tadinya saya berpikir itu hanya pengalaman personal yang tidak memiliki basis saintifik apa pun hingga akhirnya saya menemukan sebuah artikel yang menjelaskan faedah air bagi kreativitas. A lot of people had benefited from spending time with water, may it be showering, bathing, swimming. Turns out, I wasn’t alone. Bercengkerama dengan air ternyata punya korelasi positif dengan proses keatif, termasuk menulis.

 

“Throughout my whole professional writing life, I must say taking a shower is my most effective weapon against writer’s block.”

 

 

  1. Pijat adalah Obat

Di luar dari bergerak dan istirahat, satu kegiatan yang punya efek positif signifikan adalah pijat. Dipijat bagi saya bukan sekadar memanjakan diri, melainkan pilihan efektif untuk mempertahankan kesehatan fisik pada saat menjalani proses menulis intensif.

Jangan biarkan sakit punggung, sakit leher, dan sakit pinggang menumpuk berminggu-minggu. Akumulasi itu bisa mencederai Anda dalam jangka panjang.

Pijatan membantu sirkulasi, meredam depresi, memperbaiki kualitas tidur, dan meningkatkan imunitas tubuh. Dengan segala manfaat itu, layaklah kita cairkan ketegangan tubuh seminggu atau setidaknya dua minggu sekali di meja pijat. Bagi yang sensitif terhadap pijatan bisa mencoba teknik lain seperti refleksologi atau akupunktur. Bottom line is, keep your “chi” moving.

Ide hadiah ulang tahun untuk teman penulis? Voucher pijat. Pilihan favorit saya adalah Cozy dan Nakamura. Many thanks in advance, guys.

 

“Chi is life energy. Keep your chi flowing during any kind of creative process. Stuck chi means stuck body and stuck ideas.”

 

 

  1. Bingkai kreativitas dengan rutinitas

Mungkin itu terdengar kontradiktif dengan asosiasi umum kita tentang kreativitas. Namun, pengalaman saya selama ini justru membuktikan bahwa menjalankan proses kreatif dalam bingkai rutinitas adalah cara yang paling efektif dan produktif. Anda bisa tes sendiri.

Konsep dasarnya adalah, desain aktivitas yang menunjang kesehatan tubuh dan mental Anda, lakukan secara rutin, dan menulislah di slot-slot kosong antaranya.

Mengapa demikian? Karena proses kreatif sulit dijadikan bingkai yang kokoh. Proses kreatif punya kekuatan isap serta fluiditas yang membuatnya sukar diandalkan sebagai pilar tegak dan tegas. It’s like asking for a molten lava to uphold your building. It won’t work.

Bingkai rutinitas akan memberikan keseimbangan bagi proses kreatif yang cenderung spontan dan meledak-meledak. Seperti halnya kita bisa mengapresiasi rasa manis karena kita tahu rasa pahit, rutinitas membuat kita menghargai keliaran proses kreatif. Dan, sebaliknya, kita pun jadi bisa mengapresiasi rutinitas sebagai jangkar kita kepada realitas.

Empat tiang utama untuk menyusun konstruksi rutinitas adalah:

 

Rutin makan

Ada saatnya saya berharap bisa diinfus supaya kegiatan makan tidak mengintervensi kegiatan menulis yang sedang asyik-asyiknya. But, please, take that meal break. Usahakan tepat waktu dan jangan ada yang dilewat. Savour each spoon, appreciate your body which has supported you throughout your creative endeavour. Your body will thank you back.

 

Rutin istirahat

Kenali tubuh Anda dan amati berapa jam tidur yang Anda butuhkan agar fungsional. Upayakan untuk memenuhinya dan coba tidur pada jam yang kurang lebih sama. Ditinjau dari paham medis Timur, setiap organ tubuh memiliki jam piketnya masing-masing. Berdasarkan itu maka jam tidur terbaik adalah tidak lewat dari pukul sepuluh malam. Dengan demikian Anda tidak melewatkan periode krusial saat tubuh secara alamiah memperbaiki diri. Ada berbagai sudut pandang mengenai jam dan durasi tidur. Yang jelas, memberikan tubuh Anda kesempatan beristirahat cukup akan menunjang daya konsentrasi, kejernihan berpikir, dan menjaga kesehatan Anda secara umum.

 

Rutin olahraga

Tiga kali seminggu saya jogging ringan 15 menit di sekitar kompleks rumah, disambung dengan berenang 500 meter hingga 1000 meter di klub olahraga terdekat. Seminggu sekali saya melakukan weight training. Kombo tiga jenis olahraga ini, cardio-stretching-weight training, menjaga fisik saya dengan berimbang. I would also recommend doing taichi and yoga.

Saya tidak punya niatan menjadi atlet profesional, juga tidak terpikir ikut kompetisi olahraga. Dosis yang saya lakukan selama ini sebatas menjaga kebugaran dan mengenyahkan perasaan “sluggish” yang hinggap ketika mental terkuras atau terlalu lama statis.

Kenali tubuh Anda dan tentukan dosis rutin yang Anda butuhkan.

 

Rutin berhenti menulis

Bagi yang berkeluarga ini mungkin artinya berhenti menulis ketika anak-anak pulang sekolah. Atau berhenti menulis ketika akhir pekan. Bagi yang kesempatan menulisnya justru pada akhir pekan, Anda bisa menentukan jadwal Anda menulis (atau tidak menulis) ketika hari biasa. Punya kesempatan henti dari proses kreatif memberi kita kesempatan untuk menikmati aspek lain dari hidup kita, memberikan rasa berimbang, dan juga rihat mental.

 

“Tempatkan proses kreatif di dalam bingkai rutinitas, bukan sebaliknya.”

 

 

Kejernihan mental adalah tantangan berikut. Pada artikel bagian tiga, saya akan mengulas “artileri” perawatan mental seorang penulis, yang saya yakin bahkan bisa bermanfaat bagi siapa pun dan apa pun profesi Anda.

 

Bersambung ke Part 3: Nurturing the Software

Baca bagian sebelumnya Part 1: Identifying the Malware

14 Comments

  • Atin Handayani

    14.08.2017 at 15:09 Balas

    Aku setuju banget sama kalimat “A lot of people had benefited from spending time with water, may it be showering, bathing, swimming. Turns out, I wasn’t alone. Bercengkerama dengan air ternyata punya korelasi positif dengan proses keatif, termasuk menulis”. Aku sering banget dapat ide pas lagi mandi, karena kuliah jurusanku memang mengharuskan untuk selalu mengeluarkan ide-ide yang kreatif. Izin share tulisan di blog-nya ya mbak Dee 🙂

  • Rayes Mahendra

    13.02.2017 at 03:21 Balas

    Salam kenal dan ijin curhat mbak Dee

    Saya Ray. Saya pembaca setia buku-buku nya mbak,terutama serial supernova, namun anehnya, ini baru kali kedua kedatangan saya di rumah virtual Bu suri ini. itu pun karena rekomendasi seorang teman,

    Contoh fans yang payah.

    Ceritanya, Dia percaya (dan bawel ) kalau cara merangkai mimpi saya untuk jadi penulis yang sudah saya tempuh selama ini tidak sehat sama sekali. Sayangnya, saya juga yakin kalau jalan yang saya lewati adalah cara yang tepat untuk menghasilkan tulisan-tulisan saya,

    serangan tak terhentikan, dan pertahanan tak tergoyahkan. kita stuck.

    Sampai akhirnya, dia menemukan tulisan ini, yang mau tidak mau, saya akui,membuat saya goyah dan sedikit memberi ruang untuk merubah diri. Mungkin tidak seekstrim memendekkan rambut atau bergabung ke gym. tapi paling tidak karena tulisan ini, saya merasa bangga dengan mimpi saya sendiri, dan saya berjanji akan lebih rajin mandi, dan mengurangi konsumsi mie. jalan kaki? itu sih sudah hampir setiap hari.

    Makasih banyak mbak, seandainya paunya waktu, saya mengundang mbak, sebagai tamu kehormatan ke http://www.jokeray.wordpress.com

    🙂

  • Ana

    08.02.2017 at 22:48 Balas

    Hai kak dee thankyou for inspiring.. Saya bukan orang yg suka baca. Tapi kalau lihat tulisan kak dee mata saya seakan tertarik untuk membaca kata demi kata sampai akhir. Bagaimana bisa menyusun kata demi kata membentuk paragraf yang runtut dan sistematis? Apa ada teknik khusus? Saya sedang menyusun thesis dan belum memiliki teknik menulis yang bagus seperti ini ?

    • Dee Lestari

      09.02.2017 at 10:39 Balas

      Halo Ana,
      Yang pasti, jam terbang sangat berpengaruh. Semakin sering berlatih menulis dan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan, maka kita akan semakin peka dan paham akan struktur bertutur yang rapi dan jernih. Banyak juga membaca buku-buku yang menurutmu bagus sebagai referensi.

  • Niswarbahtra

    04.02.2017 at 15:03 Balas

    Ka Dee, maybe is out of context. saya sedang memulai membaca Novel Supernova and i found 2 symbols in behind your cover book which is i got 8 symbols at the moment. Bisa dijelasin gak kenapa ada 2 simbol yang gak dijadikan novel seperti 6 simbol yang lain?

    P.S: saya baru sampe di novel PETIR jadi maaf jika kedua simbol itu akan di bahas di novel yang berikutnya.

    • Dee Lestari

      04.02.2017 at 19:19 Balas

      Naaah… betul sekali, akan dibahas di novel berikut2nya, tepatnya episode ke-6 🙂

  • silitongasaja

    01.02.2017 at 13:26 Balas

    kakak emang sosok penulis inspirasi ak kali lah. best lah buat mu kak

  • Dewi Intansari

    25.01.2017 at 11:20 Balas

    wah, juara artikelnya nih. bisa diterapkan untuk kegiatan menulis sy yang sebelumnya menganut paham vampir dan kelelawar. walhasil badan jadi nggak fit pas siang. ditunggu banget part-3nya mbak dee(atau harus kupanggil tante?karena usianya hampir sama kayak ibu saya. hehehe)

    • Dee Lestari

      25.01.2017 at 11:30 Balas

      “Tante” hanya berlaku untuk teman anak saya 🙂 “Mbak” aja kali yak.

  • febriansyah hikmah putra

    08.01.2017 at 00:44 Balas

    Sangat bermanfaat sekali untuk saya yg tertarik menjadi penulis.thank a lot mbak dee.Dan bolehkah saya mengirim beberapa tulisan pendek biar tahu letak kelemahan saya dlm menulis

  • Pain in the ass

    07.01.2017 at 10:02 Balas

    but sometimes i just want to sleep after writing, then when i wake up… I realize that I was writing in my sleep.
    how is that? healthy?

    • Dee Lestari

      07.01.2017 at 14:58 Balas

      Be grateful. We all dream to write a book in our sleep (and publish it).

  • Reny Gunarsa

    07.01.2017 at 09:32 Balas

    Hidup perlu keseimbangan ya mbak Dewi…dan kita sendiri yang tentukan ritmenya. Begitukah?

  • jasa make up

    06.01.2017 at 09:33 Balas

    keren, panjang tapi mantep artikelnya

    saya juga lagi coba-coba rajin menulis tapi masih mencoba sih

    hehehehe

Post a Reply to Rayes Mahendra Cancel Reply